Carol Bartz adalah CEO terakhir Yahoo yang akhirnya melepas jabatan itu dengan catatan yang kurang baik. Padahal sebelumnya, Bartz dianggap sebagai sosok yang bergelimang sukses.
Hal ini memicu pertanyaan, sosok seperti apa yang sebenarnya bisa memimpin raksasa online tersebut?
Analis Laura Martin, dari Needham & Co, bahkan beranggapan posisi itu bagaikan sebuah pekerjaan yang tak mungkin dilakukan.
"Jatuhnya Bartz menggarisbawahi bahwa jagoan internet yang karam akan sulit untuk dibangkitkan kembali. Tidak suksesnya Bartz meningkatkan risiko bahwa, jangan-jangan memang hal itu tak bisa dilakukan oleh siapapun, kecuali mungkin Steve Jobs" kata Martin.
Tiga CEO Terakhir
Bartz adalah sosok ketiga yang dianggap tak berhasil membawa Yahoo ke posisi yang diinginkan, yaitu: mengalahkan para pesaing seperti Google dan Facebook.
Sebelum di Yahoo, Bartz adalah CEO yang sukses mengangkat Autodesk hingga meraih pendapatan dan harga saham yang tinggi. Pendekatan Bartz dikenal sebagai keras dan berorientasi pada 'garis akhir' (bottom line).
Namun selepas karirnya di Yahoo, Bartz dianggap sebagai sosok yang tak bisa melakukan inovasi dan tak memiliki visi. Ia juga disebut gagal mendongkrak nilai saham Yahoo atau melakukan perbaikan operasional yang berarti.
Sebelum Bartz, kursi CEO diduduki co-founder Jerry Yang. Meski dicintai sebagai salah satu pendiri Yahoo, Yang hanya sanggup bertahan setahun lebih sedikit di posusu puncak itu.
Setelahnya, Yang punya reputasi di mata investor Yahoo sebagai orang yang menolak tawaran bernilai miliaran dolar dari Microsoft dengan alasan ego. Meskipun, hingga saat ini, Yang masih berpengaruh dalam keputusan Yahoo.
Sebelum itu, Yahoo sempat dipimpin Terry Semel. Ia adalah sosok yang selama 24 tahun sukses menggiring Warner Bros menjadi brand yang sukses melalui berbagai ekspansi.
Namun, prestasi Semel yang menjadikan WB perusahaan bernilai miliaran dolar itu seakan hangus dalam enam tahun di Yahoo. Ia dianggap gagal saat hendak menggeser Yahoo menjadi perusahaan konten. Langkah Semel juga dianggap mengerdilkan teknologi dan inovasi di Yahoo.
CEO Selanjutnya?
Meski demikian, bukan berarti Yahoo tak akan mendapatkan sosok pemimpin yang lebih baik di masa depan. Di satu sisi, ada kekhawatiran memimpin 'si ungu' itu berarti menghapus prestasi sebelumnya bagi seorang eksekutif kelas atas.
Di sisi lain, siapapun yang kemudian berhasil mengubah Yahoo kembali ke masa kejayaannya akan dilimpahi pujian dan kegemilangan yang luar biasa.
Laura Martin pun mengatakan, sosok itu mungkin nantinya akan bisa disejajarkan dengan Steve Jobs. Perlu diingat, prestasi besar Jobs adalah membangkitkan Apple dari 'jaman kegelapan' hingga menjadi salah satu perusahaan terkaya di dunia saat ini.
Akankah Yahoo melahirkan tokoh sekaliber Steve Jobs?
Hal ini memicu pertanyaan, sosok seperti apa yang sebenarnya bisa memimpin raksasa online tersebut?
Analis Laura Martin, dari Needham & Co, bahkan beranggapan posisi itu bagaikan sebuah pekerjaan yang tak mungkin dilakukan.
"Jatuhnya Bartz menggarisbawahi bahwa jagoan internet yang karam akan sulit untuk dibangkitkan kembali. Tidak suksesnya Bartz meningkatkan risiko bahwa, jangan-jangan memang hal itu tak bisa dilakukan oleh siapapun, kecuali mungkin Steve Jobs" kata Martin.
Tiga CEO Terakhir
Bartz adalah sosok ketiga yang dianggap tak berhasil membawa Yahoo ke posisi yang diinginkan, yaitu: mengalahkan para pesaing seperti Google dan Facebook.
Sebelum di Yahoo, Bartz adalah CEO yang sukses mengangkat Autodesk hingga meraih pendapatan dan harga saham yang tinggi. Pendekatan Bartz dikenal sebagai keras dan berorientasi pada 'garis akhir' (bottom line).
Namun selepas karirnya di Yahoo, Bartz dianggap sebagai sosok yang tak bisa melakukan inovasi dan tak memiliki visi. Ia juga disebut gagal mendongkrak nilai saham Yahoo atau melakukan perbaikan operasional yang berarti.
Sebelum Bartz, kursi CEO diduduki co-founder Jerry Yang. Meski dicintai sebagai salah satu pendiri Yahoo, Yang hanya sanggup bertahan setahun lebih sedikit di posusu puncak itu.
Setelahnya, Yang punya reputasi di mata investor Yahoo sebagai orang yang menolak tawaran bernilai miliaran dolar dari Microsoft dengan alasan ego. Meskipun, hingga saat ini, Yang masih berpengaruh dalam keputusan Yahoo.
Sebelum itu, Yahoo sempat dipimpin Terry Semel. Ia adalah sosok yang selama 24 tahun sukses menggiring Warner Bros menjadi brand yang sukses melalui berbagai ekspansi.
Namun, prestasi Semel yang menjadikan WB perusahaan bernilai miliaran dolar itu seakan hangus dalam enam tahun di Yahoo. Ia dianggap gagal saat hendak menggeser Yahoo menjadi perusahaan konten. Langkah Semel juga dianggap mengerdilkan teknologi dan inovasi di Yahoo.
CEO Selanjutnya?
Meski demikian, bukan berarti Yahoo tak akan mendapatkan sosok pemimpin yang lebih baik di masa depan. Di satu sisi, ada kekhawatiran memimpin 'si ungu' itu berarti menghapus prestasi sebelumnya bagi seorang eksekutif kelas atas.
Di sisi lain, siapapun yang kemudian berhasil mengubah Yahoo kembali ke masa kejayaannya akan dilimpahi pujian dan kegemilangan yang luar biasa.
Laura Martin pun mengatakan, sosok itu mungkin nantinya akan bisa disejajarkan dengan Steve Jobs. Perlu diingat, prestasi besar Jobs adalah membangkitkan Apple dari 'jaman kegelapan' hingga menjadi salah satu perusahaan terkaya di dunia saat ini.
Akankah Yahoo melahirkan tokoh sekaliber Steve Jobs?
0 komentar:
Posting Komentar