Pages

Rabu, 21 Desember 2011

Jalur alternatif menuju ke "Pakar"

Kadang saya suka geli & senyum-senyum sendiri melihat rekan-rekan jurnalis ada yang menjuluki saya Pakar Internet, Professor Internet (sekarang tanpa perguruan tinggi), bahkan Menteri Internet (tanpa Keppress Gusdur). Padahal modal saya betul-betul modal dengkul, saya tidak pernah belajar formal tentang teknologi informasi, tidak pernah belajar formal tentang Internet, saya jelas lebih bodoh daripada adik-adik mahasiswa di ITB lha wong sering nanya ke mereka koq saya ini. Terus terangnya, saya praktis tidak punya apa-apa secara formal.
Saya pikir, mungkin karena gelar saya yang S3 dari Canada itu? Padahal jelas-jelas gelar tersebut bidangnya adalah teknologi pembuatan IC, S2 saya di fiber optik - tidak ada hubungannya sama sekali dengan Internet. Terus terang Internet saya pelajari sendiri & berguru secara informal. Jadi secara formal harusnya saya tidak berhak atas semua gelar, julukan yang diberikan rekan jurnalis di atas :)
Mungkin pendidikan informal yang akhirnya lebih banyak membentuk saya seperti sekarang ini. Saya rasa proses bersosialisasi, berteman, belajar dari teman, kemampuan untuk mengolah / mengembangkan pengetahuan merupakan kunci sukses selama ini. Di tulisan ini saya mencoba mengupas beberapa hal praktis yang saya lalui hingga mencapai kondisi sekarang ini, yang saya yakin masih jauh dari kondisi sempurna. Paling tidak jalur tersebut saya harap bisa memberikan wawasan bagi rekan-rekan untuk mulai menjalankan karir-nya di hal-hal yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Sebuah karir dimana reward, acknowledgement, dan akreditasi diberikan langsung oleh masyarakat - tidak harus tergantung 100% kepada ijazah, ujian negara dan sebangsanya.
Tampaknya sebagian besar jalan hidup saya berawal dari hobby amatir radio, nge-brik begitu barangkali bahasa gaul-nya. Dengan modal awal tidak punya apa-apa; hanya keinginan untuk nge-brik dengan CB seperti teman-teman SMP yang lain - saya akhirnya membeli buku "teknik membuat pemancar transistor". Kebetulan sekali di buku itu di tulis bahwa teman-teman yang suka membuat pemancar sendiri suka mangkal di frekuensi 3.5 MHz (80 meter) band. Jaman itu tahun 1978-an waktu itu mungkin masih jaman susah jadi memaksa orang untuk kreatif untuk membuat sendiri pemancar-pemancarnya.Diskusi antar pembuat pemancar ini dilakukan cukup aktif di 80 meter-band. Hampir setiap hari selama 2+ tahun monitoring 80 meter band dan obrolan rekan-rekan ini, radio merupakan barang yang hampir tidak pernah lepas dari sisi saya. Dari pembicaraan mereka saya tahu kita bisa membuat pemancar sederhana menggunakan tabung 6V6, 6L6, 807 dll. Di kemudian hari ternyata pola belajar informal yang paling baik adalah secara serius mendengarkan, membaca diskusi yang dilakukan oleh rekan-rekan se-hobby. Belajar dan mengerjakan apa-apa yang kita sukai memang paling menyenangkan.
Akhirnya pada tahun 1979 saya bisa membuat pemancar sendiri dari tabung bekas & buku amatir radio yang saya peroleh dari teman sekelas saya Krishna Ariadi Pribadi. Dengan bermodal buku & tabung bekas saya mengudara di 80 meter band dengan peralatan yang dibuat sendiri, sangat sederhana memang. Di sini saya sangat beruntung dapat berinteraksi dengan banyak rekan-rekan amatir radio yang senior dan belajar teknik-teknik elektronika kepada pada senior tersebut secara lebih interaktif. Memang harus di akui bahwa pasif mendengar saja tidak cukup, harus dibarengi dengan kemauan keras untuk membaca buku-buku dan aktif berinteraksi dengan orang yang lebih ahli di bidangnya. Tanpa terasa pembentukan karakter, pola pengembangan diri terpatri sejak dini di dunia amatir radio.
Sekitar tahun 1981-an saya mengenal komputer dari Bachti Alisyahbana (putra dari Prof. Iskandar Alisyahbana), sering saya ke rumahnya untuk ngoprek dan mengobok-obok komputer Radio Shack-nya karena memang saya tidak punya komputer. Saya mencoba programming BASIC di komputer beliau. Saya suka sekali dengan komputer ini, belum pernah terbayangkan ada alat hitung seperti komputer yang bisa di program dan di mainkan sedemikian menarik. Tampaknya jika ada kemauan yang kuat biasanya ada saja jalan untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan tersebut.
 

0 komentar:

Posting Komentar