Pages

Selasa, 21 Februari 2012

Spesifikasi Pesawat Intai Tanpa Awak Angkatan Bersenjata Singapura Yang Akan Digunakan Mengintai Indonesia

Perkembangan teknologi pembuatan pesawat intai nirawak (unmanned aerial vehicle) yang dilakukan Amerika Serikat dan Israel memicu Singapura mengembangkan teknologi serupa. Melalui perusahaan Singapore Technologies Engineering, Singapura, mengembangkan tiga tipe pesawat intai nirawak: Fan Tail, Skyblade III, dan Skyblade IV.
Tipe pertama adalah Fan Tail, yakni pesawat intai mini yang mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal serta terbang dalam cuaca berangin. Pesawat ini sangat ideal untuk aplikasi pengawasan di daerah perkotaan. Kemampuannya terbang secara vertikal dan bergerak horizontal meningkatkan fleksibilitas pesawat ini.
Fan Tail tidak hanya digunakan untuk keperluan sipil, tapi juga untuk misi pengintaian militer, pengawasan daerah perbatasan, peringatan dini terhadap ancaman militer, dan mengukur tingkat kerusakan pascaperang. Pesawat berbentuk kapsul vertikal setinggi 115 sentimeter dengan bagian tengah menggembung ini memiliki tiga “kaki” sebagai penyangga. Bobotnya 6,5 kilogram dan mampu terbang selama 30 menit dengan jangkauan jarak sejauh 8 kilometer.
Pesawat intai tipe kedua adalah Skyblade III dengan badan berbentuk mirip capung sepanjang 1,4 meter dan bentang sayap 2,6 meter. Pesawat berbobot maksimum 5 kilogram ini mampu terbang selama satu jam penuh dan mencapai ketinggian hingga 1.500 kaki (457 meter). Kecepatan maksimum sebesar 40 knot dan mampu menjelajah hingga sejauh 8 kilometer.
“Skyblade III harus diterbangkan dengan alat pelontar,” kata perancang pesawat intai dari ST Engineering, Wong Wei Yang, dalam pameran kedirgantaraan Singapore Airshow di Changi Exhibition Centre, Kamis, 16 Februari 2012.
Dia mengatakan Skyblade III dapat digunakan untuk aplikasi sipil maupun militer, mulai dari pengawasan daerah perkotaan hingga misi pengintaian. Dilengkapi kamera pengawas tunggal di bagian moncong, pesawat berwarna abu-abu ini dapat mengambil gambar secara detail.
“Tapi, karena kameranya hanya satu, jika beda waktu, harus ganti jenis kamera,” ujar Yang. Kamera siang tidak bisa digunakan untuk malam hari. Harga satu unit Skyblade III beserta kamera pengawasnya bisa mencapai SIN$ 100 ribu (Rp 705 juta).
Tipe ketiga dan paling besar adalah Skyblade IV. Pesawat intai ini memiliki bentuk mirip Hermes 450 buatan Elbit Systems asal Israel. Pada kondisi cuaca cerah, Skyblade IV mampu menjelajah hingga radius 100 kilometer dari lokasi peluncuran. Pesawat ini mampu terbang mencapai ketinggian 15 ribu kaki (4.575 meter) selama 6-12 jam.
Yang mengatakan, selain untuk misi militer, pesawat sepanjang 2,4 meter dengan bentang sayap 3,7 meter ini bisa digunakan untuk mencari lokasi kebakaran, mengukur suhu udara suatu daerah, serta pengambilan foto udara. Skyblade IV dilengkapi parasut yang mengembang ketika melakukan pendaratan.
Pesawat intai ini dilengkapi dua kamera beresolusi tinggi, masing-masing untuk siang dan malam hari, serta satu illuminator. Illuminator adalah sensor untuk menentukan target pengawasan atau pengintaian. Kamera dapat menangkap dan memperbesar gambar target secara detail dengan warna yang tajam. Sensor lain juga bisa ditambahkan, seperti sensor suara dan sensor panas. “Harga pesawat ini bisa mencapai SIN$ 1 juta,” kata Yang.

Menilik Kecanggihan Pesawat Intai Tanpa Awak Israel Hermes 450

Rencana Kementerian Pertahanan membeli dua unit pesawat intai nirawak senilai US$ 16 juta dari Kital Philippine Corp asal Filipina masih memicu kontroversi. Penggunaan pesawat intai impor dikhawatirkan justru dapat membocorkan rahasia negara ke negara tempat produsen pesawat tersebut maupun ke negara lain.
Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan teknologi pesawat intai nirawak mutakhir, Tempo menyambangi stan Elbit Systems di Singapore Airshow, Rabu, 15 Februari 2012. Elbit adalah salah satu perusahaan teknologi pertahanan asal Israel, negara pesaing terkuat Amerika Serikat dalam pengembangan teknologi pesawat intai nirawak.
Elbit bersama beberapa perusahaan Israel lainnya, seperti Aeronautics, Israel Aerospace Industries, dan Innocon, mengembangkan dan memproduksi belasan merek pesawat intai nirawak yang dikembangkan menjadi 39 tipe. Semuanya dapat digunakan untuk kepentingan militer maupun sipil.
Pesawat-pesawat itu antara lain Hermes, Heron, Skylark, ETOP, Harop, MikroB, Picador VTOL UAV, Mosquito, Ghost, Bird Eye 650, Micro Falcon, Orbiter 2, Aerostar UAV, Searcher III, Blue Horizon, Harpy, Hunter, dan Air Mule.
Elbit memproduksi tiga merek pesawat intai yang cukup terkemuka di dunia, yakni Hermes, Heron, dan Skylark. Tiap merek dikembangkan menjadi beberapa tipe pesawat dengan spesifikasi dan kemampuan berbeda. Hermes, misalnya, dikembangkan menjadi Hermes 90, Hermes 180, Hermes 450, Hermes 900, dan yang terbaru adalah Hermes 1.500. Adapun Heron dikembangkan menjadi Heron I dan Heron TP.
Wakil Presiden Program Pesawat Nirawak Elbit Systems Jonathan Sinay mengatakan spesifikasi tiap tipe pesawat intai meliputi ukuran dan berat pesawat, kemampuan terbang, daya jelajah, dan daya tahan pesawat berada di udara.
Menurut Sinay, pesawat intai tipe terbaru tidak serta-merta menjadikannya paling ideal untuk digunakan. Optimal tidaknya penggunaan pesawat intai bergantung pada kondisi lapangan yang dihadapi sehingga dibutuhkan pesawat dengan spesifikasi yang sesuai.
Pesawat intai tipe apa yang paling cocok dan sesuai dengan Indonesia? Mempertimbangkan kondisi geografis, Sinay menyebutkan Hermes 450 sebagai tipe pesawat intai nirawak yang paling ideal digunakan di Indonesia. “Saya rasa untuk Indonesia dengan banyak pulau dan laut, Hermes 450 sudah cukup,” katanya.
Hermes 450 adalah “pendahulu” Hermes 900 dengan kemampuan tidak kalah canggih. Pesawat berbadan mirip tabung berwarna abu-abu ini memiliki bobot seberat 150 kilogram dan sayap terbentang horizontal sepanjang 10,5 meter serta ekor berbentuk seperti huruf “V” tegak. Hermes 450 mampu terbang hingga ketinggian 18 ribu kaki selama 20 jam. Jangkauan terbangnya mencapai jarak 60-100 kilometer.
Karena ukurannya yang relatif besar, Hermes 450 menggunakan satu roda di bagian depan dan dua roda di belakang, sehingga memerlukan landasan untuk penerbangan dan pendaratannya. Baling-balingnya terletak di bagian belakang pesawat. Adapun kamera pengintai terpasang di bagian tengah-bawah badan pesawat, di antara roda depan dan belakang. Kamera yang terpasang di dalam selubung berbentuk setengah bola itu siap mengawasi sasarannya.

0 komentar:

Posting Komentar